AquacultureCulture
Trending

Budidaya ikan baung Mystus nemurus

A. Pendahuluan
Ikan baung (Mystus nemurus C.V) merupakan ikan air tawar asli Indonesia yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Produksi ikan ini masih bergantung pada hasil tangkapan di alam. Keterbatasan sumberdaya ikan baung di perairan umum, memaksa kita untuk berupaya membudidayakan ikan ini lebih giat lagi. Upaya budidaya ikan ini telah lama dilakukan, yaitu semenjak tahun 1991. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi telah berhasil memijahkan secara buatan sejak tahun 1998. Sehingga, untuk produksi secara masal dapat dilakukan dengan perlakuan kombinasi hormon hCG 200-600 IU/kg dengan kelenjar pituitari ikan mas (CPE) 2 dosis atau kombinasi hCG 200 IU/kg dengan CPE 1 dosis atau menggunakan hormon ovaprim 0.5-0.7 ml/kg).

Ikan baung hidup di perairan tawar yang terdapat di sungai, danau dan rawa. Ikan baung tidak memiliki sisik, berwarna kecoklatan dengan pita tipis memanjang jelas dari tutup insang hingga pangkal ekor. Hidup di dasar perairan dan bersifat omnivora. Distribusi ikan baung tersebar di kawasan tropis dan di Indonesia ikan baung banyak ditemukan di pula Kalimantan, Sumatera dan Jawa.

Ikan baung dikenal dengan nama tagih, senggal, singah (Jawa Barat); tageh (Jawa); bawon (Jakarta dan Malaysia); baon (Serawak); niken, siken, tiken, tiken bato, baung putih, kendinya (Kalimantan Tengah); dan baong (Sumatera).

Induk betina ikan baung mulai matang kelamin pada ukuran 100 gram. Induk betina yang berukuran 250-634 gram dapat menghasilkan telur ovulasi antara 50.000 – 150.000 butir. Sedangkan fekunditasnya mencapai kisaran 1.395-160.235 butir atau rata-rata 60.000 butir per kg bobot induk.

B. Pembenihan
1. Pengelolaan Induk
Induk jantan dan betina dipelihara dalam satu kolam berukuran 300-500 m2 dengan aliran air masuk yang stabil. Pematangan gonad dilakukan dengan pemberian pakan komersial sebanyak 4% bobot biomass per hari yang diberikan 3 kali.

2. Pemilihan Induk Matang Gonad
Induk yang dipijahkan, dipilih yang matang gonad dari kolam induk dan disimpan dalam akuarium penampungan. Induk diberok selama satu hari dan dicek kematangan gonadnya (terutama untuk induk betina dengan melihat dan mengukur diameter telurnya) sedangkan yang jantan hanya dilihat dari warna merah pada genitalnya.

Lakukan pemilihan induk dengan hati-hati

3. Pemijahan
Pemijahan dilakukan secara buatan dengan menggunakan rangsangan hormon ovaprim. Dosis hormon yang digunakan adalah 0.5 – 0.7 ml/kg bobot induk. Penyuntikan hormon pertama dilakukan dengan menyuntikkan hormon sebanyak 1/2 bagian dan sisanya dilakukan pada penyuntikan kedua dengan selang waktu 12 jam.
Setelah penyuntikan, induk jantan dan betina disimpan dalam akuarium inkubasi hingga saat pengurutan enam jam setelah penyuntikan kedua. Induk jantan dibedah untuk diambil kantong spermanya. Kantong sperma dibersihkan secara hati-hati dengan kertas tisu kemudian dilarutkan dengan larutan NaCl 0,9 %. Sedangkan telur dikeluarkan dari induk betina ke dalam nampan plastic atau porselen dan dicampur dengan larutan sperma.

4. Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Telur yang telah dicampur sperma kemudian ditetaskan pada akuarium yang telah dilengkapi dengan pemanas (water heater thermostat). Larva yang telah menetas diberi cacing rambut (Tubifex) yang dicincang (umur 2-3 hari) dan utuh sampai larva berumur 7 hari.

5. Pendederan I
Pendederan I dilakukan di kolam dengan kepadatan 100 ekor/m2 selama 15 hari. Kolam untuk kegiatan pendederan dipersiapkan dengan cara pengeringan, pengapuran dan pemupukan dengan dosis 500 gram/m2. Pakan yang diberikan berupa pelet komersial dengan dosis 40% bobot dan diberikan tiga kali/hari.

6. Pendederan II
Pendederan II dilakukan di kolam dengan kepadatan 50 ekor/m2 selama 30 hari. Persiapan kolam juga dilakukan yang meliputi pengeringan, pengapuran dan pemupukan dengan dosis 500 gram/m2. Pemberian pakan berupa pelet komersial sebanyak 30% bobot tubuh per hari.

7. Pendederan III
Pendederan III dilakukan di kolam dengan kepadatan 25 ekor/m2 selama 30 hari. Persiapan kolam meliputi pengeringan, pengapuran dan pemupukan dengan dosis 200 gram/m2. Pemberian pakan berupa pelet komersial sebanyak 5% bobot tubuh per hari.

C. Pembesaran
Pembesaran dilakukan di kolam tenang maupun kolam air deras. Padat tebar kdi kolam tenang adalah 10 ekor/m2 sedangkan di KAD 100 ekor/ m2 dengan lama pemeliharaan 90 hari. Persiapan kolam kegiatan pembesaran di kolam tenang meliputi pengeringan, pengapuran dan pemupukan dengan dosis 200 gram/m2. Pemberian pakan berupa pelet komersial sebanyak 3% bobot tubuh per hari.

Adi Sucipto

Seorang lelaki sederhana dengan pemikiran sederhana dan tetap bodoh di bidang yang digelutinya. Tapi, ia tetap menjaga integritasnya kepada pertiwi yang telah membesarkannya. Ketegasannya seringkali disalahartikan sebagai orang yang keras kepala dan sulit diatur. Aku katakan, begitulah prinsip hidup.

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Kami menggunakan Adsense untuk mendapatkan segenggam beras.

Terima kasih